Seperti Ibnu Batutah, Saya Kembali ke Kairo

Ketika saya masih sekolah di Kairo, ada satu indikator yang secara tidak tertulis menjadi penanda bahwa seorang mahasiswa Indonesia termasuk “anak orang berada”: orang tuanya bisa hadir di acara wisuda. Dalam konteks ribuan kilometer jarak dari Indonesia ke Mesir, dan ongkos perjalanan yang tidak murah, kehadiran orang tua dalam seremoni akademik itu bukan hanya bentuk kasih sayang, tapi juga simbol kekuatan finansial. Di antara banyaknya mahasiswa yang bahkan belum tentu pernah bertemu langsung dengan orang tuanya sejak pertama kali menjejakkan kaki di negeri para nabi ini, mereka yang bisa memeluk keluarganya saat kelulusan adalah pemandangan langka sekaligus mewah. Indikator lainnya juga mudah dikenali: punya kamar sendiri di rumah kontrakan, atau bahkan menyewa satu rumah untuk ditempati sendirian. Ini terdengar sepele, namun di tengah-tengah mahasiswa Indonesia di Mesir yang mayoritas hidup menghemat, tinggal sendirian di sebuah rumah tanpa patungan adalah sebuah kemewahan yang ti...

Islamisasi Ilmu Pengetahuan

1. Sikap-Sikap Umat Islam
  • Sikap yang berdasarkan pada asumsi bahwa Ilmu Pengetahuan yang berasal dari Barat sebagai Ilmu Pengetahuan yang sekuler, karena itu harus ditolak;
  • Sikap yang menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan yang berasal dari Barat bersifat netral, karena ilmu itu harus diterima apa adanya tanpa rasa curiga;
  • Sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa Ilmu Pengetahuan yang berasal dari Barat sebagai ilmu yang sekuler dan materialisme. Dan dapat diterima oleh umat Islam dengan terlebih dahulu mengislamkannya (Islamisasi ilmu);

2. Ide Awal Islamisasi
  • Ide Islamisasi sebenarnya berangkat dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas nilai atau netral. 
  • Al-Attas, sebelum diajarkan lewat pendidikan, ilmu harus ditapis terlebih dulu agar nilai-nilai yang bertentangan secara diametral dengan pandangan dunia Islam dapat diminimalisasi.
  • Gagasan islamisasi merupakan upaya dekonstruksi terhadap ilmu pengetahuan Barat untuk kemudian direkonstruksi ke dalam sistem pengetahuan Islam.

3. Pendapat Tentang Islamisasi
  • Terdapat pro kontra dalam Islamisai ilmu pengetahuan
  • Muhammad Akraoun mengatakan, proses Islamisasi adalah hal yang salah,  sebab akan menjebab kita pada pendekatan yang menganggap bahwa Islam semata-mata sebagai ideologi.
  • Usep fathudin, proses Islamisasi Ilmu pengetahuan bukan suatu proses yang kreatif, karena kedua kebenaran yang berbeda (yakni kebenar ilmu dan kebenaran agama.
  • Usep fathudin, proses Islamisasi Ilmu pengetahuan bukan suatu proses yang kreatif, karena kedua kebenaran yang berbeda (yakni kebenar ilmu dan kebenaran agama
4. Proses Islamisasi Ilmu

  • Dilakukan dengan cara menjadikan Islam sebagai landasan penggunaan ilmu pengetahuan (aksiologi); tanpa mempermasalahkan aspek otologis dan efistemologis ilmu itu;
  • Dilakukan dengan cara memasukan nilai-nilai Islami kedalam konsep ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut; berangakat dari asumsi, ilmu tidak bebas nilai;
  • Dilakukan dengan cara menerapkan kosep tahuan dalam arti seluas-luasnya; tauhid tidak hanya dilihat dari unsur teosentris, tetapi melihat hubungan antara manusia dgan manusia lain, manusia dengan alam, yang saling mempengaruhi sebagai buktu wujud Tuhan
  • Dilakukan melalui inisiatif pribadi melalui proses pendidikan yang diberikan secara berjenjang dan berkesinambungan; “dokter yang Islami”
  • Dilakuan dengan cara melakukan integrasi antara dua paradigma agama dan ilmu yang seolah-olah memperlihatkan perbedaan;
  • Kebenaran ilmu yang bersifat relatif sedangkan agama bersifat absolut;
  • Ilmu pengetahuan bersifat imanen dan spekualtif, sedangkan agama bersifat transenden dan pasti benar dan tidak dipertentangkan;
  • Ilmu bersifat tidak pasti, sedangkan agama bersifat pasti;
  • Ilmu pengetahuan melihat sesuatu yang bersifat objektif,  sedangkan agama melihat sesuatu secara normatif;
  • Ilmu pengetahuan melihat problematika bersadarkan rasio, sedangkan agama melihat problematika berdasarkan petunjuk Tuhan;
  • Ilmu pengetahuan berbicara yang empiris, semenatra agama berbicara yang ghaib

Komentar