Khutbah Jumat - Lima Tingkatan Balasan Amal Manusia

Khutbah I Puncak dari keistimewaan seorang hamba dalam melakukan suatu pekerjaan adalah ketika amal/pekerjaan itu diniatkan hanya untuk Allah Swt. Akan tetapi dalam perjalanannya, mencapai tingkatan itu tidak selalu mudah bagi setiap orang. Karenanya para ulama banyak membolehkan jika ada di antara kita yang melakukan suatu pekerjaan, atau suatu amal, dengan mengharapkan pahala atau balasan yang Allah janjikan.  Ada banyak ayat dan hadis yang menunjukkan bentuk dan tingkatan balasan bagi amal yang dilakukan seorang hamba. Rasulullah saw. sendiri dalam salah satu hadisnya menyebutkan tingkatan-tingkatan tersebut. Antara lain dalam hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani: الْأَعْمَالُ خَمْسَةٌ: فَعَمَلٌ بِمِثْلِهِ، وَعَمَلٌ مُوجِبٌ، وَعَمَلٌ بِعَشْرَةٍ، وَعَمَلٌ بِسُبْعُ مِائَةٍ، وَعَمَلٌ لَا يَعْلَمُ ثَوَابَ عَامِلِهِ إِلَّا اللَّهُ   “(Balasan) bagi amal-amalan/pekerjaan itu ada lima (tingkatan). Ada amal yang dibalas dengan yang semisalnya, ada amal yang mewajibkan, ada amal yang d

Metodologi Memahami Islam

1. Ragam Pendekatan Dalam Memahami Islam

Istilah pendekatan sangat populer dengan sebutan approach (Bhs. Inggris) atau al-madkhal (Bhs. Arab);
Selain kedua istilah tersebut ada istilah lain yang mempunyai arti hampir sama dan menunjukan tujuan yang sama dengan pendekatan, yakni: theoretical framework, conceptual framework, perspective, point of view, dan paradigma, yang kesemuanya memiliki makna “cara memandang dan cara menjelaskan suatu gejala atau peristiwa”

2. Pengertian pendekatan memiliki dua orientasi, yakni
berarti “dipandang” atau “dihampiri dengan” dan “cara menghampiri atau “memandang fenomena”. Kalau “dipandang dengan” pendekatan menjadi “paradigma,” sedangkan kalau “cara memandang” atau “menghampiri” pendekatan menjadi persepektif atau sudut pandang.  
berarti “disiplin ilmu”, maka ketika kita menyebutkan studi islam dengan pedekatan filosofis berarti mengkaji Islam dengan menggunakan disiplin ilmu filsafat.

3. Pendekatan Teologis Normatif
Teologis memiliki arti hal-hal yang berkaitan dengan aspek ketuhanan. Sedangkan Normatif berarti yang mengikuti aturan atu norma tertentu.
Dalam konteks ajaran Islam normatif memiliki makna ajaran agama yang belum tercampuri oleh pamahaman dan penafsiran manusia.

4. Pendekatan teologis normatif, secara harfiah berarti memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling  benar dibanding dengan yang lainnya.
Pendekatan teologis menekankan pada bentuk forma atau simbol2 keagamaan,  dan mengklaim dirinya yg paling benar, sedangkan yg lainnya salah,  sehingga memandang yang lain itu keliru, sesat,  dan kafir, maka akn timbul saling mengkafirkan.

5. Pendekatan normatif, berarti studi Islam dengan mamandang masalah dari sudut legal formal, atau normatifnya yang terteda dalam al-Quran dan Hadits (tekstual atau kitabi);


Teologis memiliki arti hal-hal yang berkaitan dengan aspek ketuhanan. Sedangkan Normatif berarti yang mengikuti aturan atu norma tertentu.
Dalam konteks ajaran Islam normatif memiliki makna ajaran agama yang belum tercampuri oleh pamahaman dan penafsiran manusia.

6. Pendekatan teologis normatif, secara harfiah berarti memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling  benar dibanding dengan yang lainnya.
Pendekatan teologis menekankan pada bentuk forma atau simbol2 keagamaan,  dan mengklaim dirinya yg paling benar, sedangkan yg lainnya salah,  sehingga memandang yang lain itu keliru, sesat,  dan kafir, maka akn timbul saling mengkafirkan.

7. Pendekatan normatif, berarti studi Islam dengan mamandang masalah dari sudut legal formal, atau normatifnya yang terteda dalam al-Quran dan Hadits (tekstual atau kitabi);
Kata lain, pendekatan teologis adalah pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol-simbol keagamaan tersebut mengklaim bahwa dirinya yang paling benar, sedangkan yang lainnya salah.
Dalam Pendekatan teologis mash ada kekuaranga, yakni bersifat ekslusif, dogmatis dan tidak mengakui kebenaran agama lain. Tetapi kelebihannya seseorang akan memiliki militansi dlm beragama, berpegang tehuh pd agama yg diyakininya sbg agama yg benar, tanpa memandang dan meremehkan agama lain;
Dalam pendekatan teologis agama dilihat sebagau suatu kebenaran yang bersifat mutlak dari Tuhan, tidak ada keraguan dan kekurangan sedikitpun dan nampak bersikap ideal.

8. Pendekatan Antropologis
Antropologi, sebagai ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama.
Antropologi mempelajari manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia.
Nurcholish Madjid; pendekatan antropologis sangat penting untuk memahami agama Islam, karena konsep manusia sebagai “khalifah” di bumi, misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam Islam.

9. Pendekatan Sosiologis
Sosiologi dapat dijadikan sebagai pendekatan dalam memahami agama, karena banyak kajian agama yang baru dapat difahami secara proporsional dan tepat apabila mengguankan jasa bantuan sosiologi. Bahkan dalam al-Quran banyak dijumpai ayat-ayat yang berkaitan denan masalah-masalah sosial atau yang kemudian dikenal dengan “muamalah”
Menurut Jalaludin Rahmat, agama Islam sangat memperhatikan masalah-2 sosial;
  • Pertama; dalam al-Quran maupun hadits proposrsi terbesar memabahas tentang masalah sosial;
  • Kedua; adanya kenyataan bahwa jika masalah ibadah bersamaan dengan masalah muamalah yang santat penting maka ibadah boleh diperpendek, atau ditangguhkan (bukan ditinggalkan);
  • Ketiga; ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan lebih bersar pahalanya dari pada ibadah yang bersifat perseorangan, seperti pahala shalat berjamaah.
  • Keempat; adanya ketentuan bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar larangan tertentu maka kifaratnya melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial;
  • Kelima; dalam agama Islam bahwa amal baik dalam kemasyarakatan pahalanya lebih besar daripada ibadah sunah. Dalam hadits dinyatakan, “Maukah kamu aku beritahukan derajat apa yang lebih utama darpada shalat, puasa, dan sedekah, (shabat menjawab) tentu, yaitu mendamaikan dua pihak yang bertengkar” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibn Hibban)

10. Pendekatan Filosofis
Filsafat merupakan ilmu yang mempersoalkan inti, hakiat, atau hikmah segala sesuatu yang berada dibalik objek formalnya;
Muhammad Al-Jurjawi, “Hikmah al-Tasyri wa Falsafatuhu” diantara buku yang mengupas pendekatan filosofis ini; misalnya, perinta shalat berjamaah, puasa, haji dan lain sebagainya, maksudnya agar manusia mampu memahami hikmah dari perintah tersebut, bukan hanya melaksanakannya;
Walau mencari hakikat atau hikmah segala sesuatu, pendekatan filosofis, tidak menafikan (meniadakan) bentuk pengalaman agama  yang bersifat formalisitik;

11. Pendekatan Historis
Sejarah adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar bekalang, dan pelaku peristiwa tersebut.
Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak, dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya?, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
Pendekatan historis digunakan untuk menelusuri asal-usul serta pertumbuhan pemikiran, dan lembaga keagamaan melalui priode perkembangan sejarah tertentu;

12.Pendekatan Kebudayaan
Kebudayaan merupakan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat, dan berarti pula kegiatan batin (akal dan sebagainya) untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaannya;
Kebudayaan dapat digunakan untuk memahami agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuk demikian sangat berkaitan dengan masyarakat tempat agama itu berkembang. Milsanya kebudayaan berpakaian, sepert jilbab, masjid, karya seni,

13. Pendekatan Psikologis
Zakiyah Darajat; Prilaku seseorang yang tampak secara lahiriyah dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya;
Ilmu jiwa agama tidak akan mempersoalkan benar-tidaknya agama yang dianut oleh seseorang, tetapi yang paling penting adalah bagaimana keyakinan tersebut terlihat pengaruhnya dalam diri pemeluknya

14. Pendekatan Ilmiah
Maksudnya adalah meninjau dan menganalisis suatu masalah atau objek studi dengan metode ilmiah,
Diantara ciri metode ilmiah adalah objektivitas dan keterbukaan.  Objektivitas akan terjamin jika kebenaran bisa dibuktikan dan didukung data empiris, konkret dan rasional. Sedangkan keterbukaan dalam studi terjadi jika kebenarannya bisa dilacak oleh siapa saja dan tidak  berdasarkan atas keyakinan-keyakinan tertentu a priori,  dan juga selalu siap dan terbuka menerima kritik terhadap kesimpulan studinya

15. Pendekatan Doktriner
Pendekatan yg menyatakan bahwa agama Islam sebagai objek studi diyakini sebagai suatu yang suci dan merupakan doktrin-2 yg berasal dari Tuhan, yang memiliki kebenaran absolut, mutlak dan universal.

16. Metode Memahami Islam
Menurut Afif Muhammad (1997), ada lima cara (metode) dalam mehamai Islam
  • Metode Filologi
Filologi berarti kajian terhadap teks, atau penelitian berdasarkan teks; atau metode penelitian berdasarkan analisis teks
Jadi filologi, suatu metode yang mempelajari dan meneliti naskah-naskah lama untuk mengerti apa yang ada di dalamnya sehingga diketahui latar belakang kebudayaan masyarakat yang melahirkan naskah-naskah itu
  • Metode Deksriptif

Peneliti hanya menggunakan pemikiran pengarang dengan cara menjelaskan dan menghubungkan secara cermat data dalam bentuk-bentuk penyataan dan rumusan-rumusan pendapat.
  • Metode Komparatif

Metode perbandingan digunakan untuk menemukan tipe, corak atau kategori suatu pemikiran, kemudian memposisikannya dalam peta pemikiran secara umum;
  • Metode Hermenetika

Maksudnya, pesan Allah yang diturunkan pada teks al-Qur’an melalui Nabi Muhammad itu tidak hanya kita pahami secara tekstual, juga bisa kita pahami secara kontekstual dan menyeluruh dengan tidak membatasi diri pada teks dan konteks ketika Al-Qur’an turun. Maka, teks Al-Qur’an beserta yang melingkupinya dapat digunakan agar selaras dan cocok dengan kondisi ruang, waktu, dan tempat di mana kita berada dan hidup.
  • Metode Mistikal

Metode mistikal merupakan metode memahami Islam dari persepektif mistik.
Mistik identik dengan hal-hal yang supranatural, irrasional, tetapi empirik;
  • Metode Filsafat

Metode filsafat berusaha untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan universal dengan meneliti akar permasalahanya;
Metode ini  bersifat mendasar dengan cara radikal, karena memperbincangkan sesuatu dari segi esensi (hakikat sesuatu);
Berfilsafat intinya adalah berfikir secara mendalam, seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya, tidak terikat kepada apapun, sehingga sampaii kepada dasar segala dasar.

Komentar