Kelakar Tinggal di Amerika tapi Gak Mahir Berbahasa Inggris

Meski hidup berpuluh-puluh tahun di Amerika, ternyata banyak pendatang yang gak mahir berbahasa Inggris. Semangat untuk sukses di perantauan memang besar di kalangan perantau, tapi semangat untuk belajar adalah hal yang lain. Ada kalanya saya heran ketika ngobrol dengan bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah puluhan tahun tinggal di Amerika, tapi kok bahasa Inggrisnya biasa saja. Padahal eksposur terhadap bahasa Inggris sangatlah tinggi. Dari sesederhana disapa orang di jalan, slogan dan petunjuk arah di tempat umum, sampai hal-hal yang kompleks seperti ketersediaan buku, media, tontonan, sampai komunitas-komunitas akademik, semuanya serba bahasa Inggris dan sangat mungkin untuk bisa diakses. Tapi kalau dipikir-pikir, orang Indo yang tinggal di Indo berpuluh-puluh tahun pun tidak ada garansi mereka bisa mahir berbahasa Indonesia. Entah bahasa lisannya atau tulisannya, gak jarang kita temui orang-orang Indonesia yang belibet dan sulit dimengerti ketika berkomunikasi dengan bahasanya sendir

Belajar Man Jadda WaJada bersama Ahmad Fuadi

KAIRO, (MGL).- Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Kairo, Mesir, menggelar acara seminar dan dialog interaktif bersama penulis Ahmad Fuadi, di Auditorium Hadiqoh Dauliyah Kairo, Mesir, pada hari Sabtu (22/03). Acara yang dimulai dari pukul 17.00 waktu setempat ini bertajuk  “The Power of Man Jadda Wa Jada”.  Selama acara berlangsung, tampak para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat Indonesia serta beberapa mahasiswa dari Malaysia dan Singapura tampak antusias mengikuti rangkaian acara tersebut.

Acara yang berlangsung sekitar empat jam ini merupakan kegiatan motivasi yang disampaikan Ahmad Fuadi lewat pengalaman hidupnya selama mondok di Pondok Modern Gontor, pengalaman belajar di luar negeri, dan seputar dunia kepenulisannya. Dalam materinya, ia menuturkan bahwa niat yang kuat jika dibarengi usaha yang maksimal, maka akan membuahkan hasil yang maksimal. “Harus berani lebih dari yang lain. Jika usaha kita lebihkan, maka hasilnya pun akan Allah lebihkan” tuturnya.

Selain usaha dan doa, tambahnya, niat yang kuat serta kerja keras dan konsistensi merupakan beberapa hal yang sepatutnya dilakukan untuk menggapai apapun yang diinginkan. Menurutnya, meskipun hasilnya tidak selalu sesuai harapan, tapi pola pikir yang husnu dzan adalah cara terbaik untuk menyikapinya. Bahkan, bagi seorang A. Fuadi, kegagalan dan segala rintangan merupakan sebuah energi untuk berusaha lebih lagi. 

Dalam acara ini, penulis novel trilogi Negeri 5 Menara ini juga mengajak peserta seminar untuk menuangkan segala hal dalam bentuk tulisan. Menurutnya, tulisan adalah media yang mampu membuat penulisnya awet muda, dan dapat dikenang sepanjang masa. Baginya, untuk menjadi penulis yang baik tidak cukup hanya mampu menulis dengan baik, tapi juga harus memiliki akses, jaringan, dan mampu menciptakan karya yang sesuai dengan selera pasar.  Mantan wartawan ini juga menuturkan,  permasalahan dunia kepenulisan di Indonesia secara umum adalah banyaknya orang yang mampu menulis dengan baik, tapi hanya sebagian kecil yang punya keberanian untuk mengirimkannya ke penerbit-penerbita skala nasional. 

Selain acara seminar dan dialog interaktif, acara ini juga dimeriahkan oleh Insan Nasyid dan Nuzha Accapela yang masing-masing membawakan dua buah lagu. Selain itu, bazar makanan dan buku-buku karya Ahmad Fuadi juga turut mewarnai suksesnya acara tersebut. [] Azuz.


Komentar