Betapa ribetnya orang Amerika soal makanan

Salah satu yang baru saya sadari tentang orang-orang Amerika adalah bahwa mereka, ternyata, punya tubuh yang ringkih sekali. Ringkih dalam artian sangat rentan terhadap hal-hal yang bagi orang Indonesia biasa saja. Dalam perkara makanan, banyak orang Amerika yang alergi terhadap kacang, susu, gluten, telur, wijen, gandum, juga alergi polen bunga dan hal lainnya. Padahal di Indonesia, kita pada umumnya cuma alergi pada satu hal: daging babi dan alkohol. Itu pun kayanya bukan alergi karena kandungannya, tapi lebih karena alasan agama. Selain babi, alkohol, dan segala turunannya, sikat!  Orang Indonesia gak akrab dengan istilah alergi. Kayanya hanya orang kaya yang punya istilah alergi di tubuhnya. Sesuai teori, makin nanjak kekayaan seseorang, imunitas tubuhnya makin turun. Mana ada orang kampung makan sate madura tanpa bumbu kacang karena alasan alergi? Yang ada malahan beli sate madura, satenya dikit tapi bumbu kacangnya minta banyak. Bagi orang biasa-biasa kaya kita (atau lebih tepatn

Mudahnya Ngurus Visa On Arrival di Oman


Hasil gambar untuk visa on arrival oman

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat melakukan penerbangan yang transitnya di Muscat, Oman. Awalnya gak kepikiran untuk mengunjungi negara ini, karena gak pernah ada wawasan papun sebelumnya soal negara ini. Tapi ketika dapet info bahwa paspor Indonesia bisa dapet Visa On Arrival (VOA) di Oman, saya jadi mulai tertarik. Plus, waktu itu dapet tiket paling murah yang transitnya sampe 20 jam. 

Dengan bekal bisa VOA dan transit lama itu, saya mulai googling tentang Transit Layover di Muscat. Karena di beberapa negara, penumpang yang transitnya lama bisa keluar bandara untuk city tour (seperti di Turki dan Qatar) secara gratis, atau ada juga yang berbayar. Hasil googling itu menunjukkan beberapa versi. Ada yang bilang visa transit itu gratis asal transitnya di atas 8 jam. Ada juga yang katanya bayar sebagaimana visa turis biasa. Cuma karena penjelasan yang pertama itu sangat rinci dan "kok keknya bener banget", saya percaya aja.

Hari H-pun tiba. Saya terbang dari Cairo ke Muscat, mendarat subuh hari. Nyampe pintu kedatangan, saya mendatangi Information Desk untuk nanya-nanya soal program layover itu. Si teteh-teteh Arab yang ada di desk itu agak judes, atau lebih tepatnya gak seramah dan sebersahabat orang Indonesia kalo kerja sebagai petugas informasi. Kata si teteh Arab itu, City Tour Layover memang ada dan visanya bisa gratis kalau kamu terbangnya pake Business Class ke atas. Nah gue? Udah mah pake Ekonomi, tiket promo paling murah pula! Syedih!

Sedikit kecewa sih karena dapet info yang gak akurat. Tapi daripada belasan jam di bandara gak puguh, akhirnya saya pun memutuskan untuk pergi ke loket VOA dan membayar visa di sana. Biayanya 20 Real Oman (OMR), atau setara 57 USD. Meskipun cuma kepakenya 20 jam doang, visa ini sebenarnya berlakunya bisa sampai 30 hari di Oman. Sayang beud. Prosesnya sangat cepat, langsung dikasih struk pembayaran, dibawa ke desk imigrasi, lalu sampailah di hall kedatangan yang penuh dengan kios-kios travel, penukaran uang, rental mobil, dan beberapa kedai makanan cepat saji.

Waktu itu saya sebenarnya sudah melakukan reservasi penyewaan mobil di Sixt Rental Car via online. Bahkan ketika saya ke sana pun, nama saya pun sudah ada di meja si mbak-mbak petugasnya. Tapi prosedurnya harus menyerahkan Kartu Kredit, sementara saya hanya punya Kartu Debit. Udah dirayu segimana pun, katanya gak bisa. Yaudah lah, mau gimana lagi akhirnya saya pakai transportasi lain buat keliling-keliling Kota Muscat. 

Kira-kira ada keseruan apa di Muscat? Apa aja yang mesti dilakukan dan tips-tips hemat di Muscat? InsyaAllah di tulisan selanjutnya ya ;)

04 Maret 2018.  

Komentar