Sekelumit Cerita Membesarkan Anak di Amerika

Katanya, membesarkan anak di Amerika itu harus punya mental seperti membesarkan seekor burung: kalau anaknya sudah besar, orang tua harus rela melepasnya untuk terbang jauh. Sebab anak-anak yang dianggap sudah dewasa dan punya pekerjaan sendiri, mereka tidak akan lagi tinggal di rumah orang tuanya. Mereka akan menjadi 'manusia' sendiri dengan dunianya sendiri, cita-citanya sendiri, tujuan hidupnya sendiri, agamanya sendiri, prinsip-prinsip sendiri, bahkan bisa jadi, orang tua adalah "orang lain" yang dalam banyak aspek tidak bisa sembarangan berinteraksi, berintervensi, atau mengambil keputusan apapun soal hidup anaknya yang sudah dewasa. Saya berulang kali mendengar cerita itu ketika duduk makan dengan Pak Wakidi, pemilik rumah yang rumahnya saya sewa dan tinggali di Amerika. Anak pertamanya sudah tinggal dan bekerja sendiri di kota yang butuh 6 jam perjalanan pesawat dari DC. Jika Pak Wakidi ingin bertemu dengan anaknya, ia harus menghubunginya dulu, membuat janji d

Review Novel 5 Titik 1 Koma by Kamal Ihsan

Muhammad Kamal Ihsan mengukuhkan identitas kepenulisannya dengan novel pembangun jiwa berjudul "Lima Titik Satu Koma". Novel ini punya potensi cerita yang menarik, namun sayangnya kurang greget dalam ekseskusi. Setelah khatam membaca novel ini, saya teringat dua hal: pertama bahwa karya sastra yang dijadikan media untuk dakwah punya resiko untuk menjadi perpaduan yang bagus, atau justru ada unsur yang terlupakan dari salah satu aspeknya, unsur sastranya atau unsur dakwahnya. Kedua, saya menyadari bahwa novel ini bukanlah novel satu dari sejenis, mengingat ada banyak novel pendahulunya yang berkiprah di genre serupa, di mana gambaran muslim/muslimah dihadirkan dalam sosok-sosok yang too good to be true. Faktanya, pasar untuk genre ini memang ada.

Tonton ulasan lengkapnya di: 

Komentar