Kelakar Tinggal di Amerika tapi Gak Mahir Berbahasa Inggris

Meski hidup berpuluh-puluh tahun di Amerika, ternyata banyak pendatang yang gak mahir berbahasa Inggris. Semangat untuk sukses di perantauan memang besar di kalangan perantau, tapi semangat untuk belajar adalah hal yang lain. Ada kalanya saya heran ketika ngobrol dengan bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah puluhan tahun tinggal di Amerika, tapi kok bahasa Inggrisnya biasa saja. Padahal eksposur terhadap bahasa Inggris sangatlah tinggi. Dari sesederhana disapa orang di jalan, slogan dan petunjuk arah di tempat umum, sampai hal-hal yang kompleks seperti ketersediaan buku, media, tontonan, sampai komunitas-komunitas akademik, semuanya serba bahasa Inggris dan sangat mungkin untuk bisa diakses. Tapi kalau dipikir-pikir, orang Indo yang tinggal di Indo berpuluh-puluh tahun pun tidak ada garansi mereka bisa mahir berbahasa Indonesia. Entah bahasa lisannya atau tulisannya, gak jarang kita temui orang-orang Indonesia yang belibet dan sulit dimengerti ketika berkomunikasi dengan bahasanya sendir

Review Novel 5 Titik 1 Koma by Kamal Ihsan

Muhammad Kamal Ihsan mengukuhkan identitas kepenulisannya dengan novel pembangun jiwa berjudul "Lima Titik Satu Koma". Novel ini punya potensi cerita yang menarik, namun sayangnya kurang greget dalam ekseskusi. Setelah khatam membaca novel ini, saya teringat dua hal: pertama bahwa karya sastra yang dijadikan media untuk dakwah punya resiko untuk menjadi perpaduan yang bagus, atau justru ada unsur yang terlupakan dari salah satu aspeknya, unsur sastranya atau unsur dakwahnya. Kedua, saya menyadari bahwa novel ini bukanlah novel satu dari sejenis, mengingat ada banyak novel pendahulunya yang berkiprah di genre serupa, di mana gambaran muslim/muslimah dihadirkan dalam sosok-sosok yang too good to be true. Faktanya, pasar untuk genre ini memang ada.

Tonton ulasan lengkapnya di: 

Komentar