Mengukur Panas Musim Panas di Amerika

Minggu ini nampaknya menjadi minggu terakhir bagi Washington DC mengalami musim panas. Cuaca panas dan lembab sudah tidak muncul lagi, bahkan minggu ini didominasi mendung dan hujan. Jauh sebelum musim panas tiba, saya selalu menebak-nebak akan sepanas apa musim panas di negeri ini. Akankah sepanas Kairo? Atau seperti Madinah? Atau mungkin sama dengan Jakarta? Saya ingat di suatu musim panas 2018 lalu, cuaca waktu itu sedang 42-44 derajat celcius di Kairo. Saat itu saya sedang menjalani ujian semester dua dari jam 10 pagi sampai 12 siang, bertepatan dengan bulan ramadan. Tepat jam 2.15 siang, saya punya jadwal kursus bahasa Inggris yang tempatnya butuh waktu 1,5 jam perjalanan dengan kendaraan umum dari kampus Al-Azhar di Darrasah, menuju tempat kursus di Tagammu Khamis. Dengan tenaga tengah hari sisa-sisa ujian Azhar, bersama cuaca yang demikian panasnya, plus sedang puasa, saya berangkat ke tempat kursus dengan pertanyaan yang berulang-ulang, "batalin gak, ya? Kuat gak, ya?"

Catatan Tausiah Syekh Zakaria Muhammad di acara Maulid Nabi


Beberapa waktu lalu, Yayasan Al-Muhajirin dan LDNU Jawa Barat selenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di Aula Al-Madinah, Al-Muhajirin kampus 2, Kamis (13/02/2022). Dalam peringatan tersebut, turut hadir salah satu Imam Masjid Al-Azhar Mesir, Syekh Zakaria Muhammad. Berikut saya catat beberapa poin yang beliau sampaikan dalam tausiahnya, meskipun harus saya akui, apa yang saya tuliskan berikut sangat tidak runut dan tidak utuh. Taoi setidaknya ada beberapa poin yang bisa diambil dan diambil hikmahnya.

___

  • Ketika pertama kali datang ke (yayasan) Al-Muhajirin, Syekh Zakaria teringat kamu Muhajirin di zaman Rasulullah dulu. Kaum Muhajirin datang ke Madinah sebagai orang fuqoro. Fuqoro artinya tidak berkecukupan dari segi harta, tapi mereka kaya akan ilmu dan agama. Mereka dalam kondisi fakir harta, karena mereka meninggalkan Makkah dengan segala isinya, denan kata lain mereka meninggalkan dunia sepenuhnya untuk datang memulai hidup baru dari nol.

    Salah satu sahabat Muhajirin bernama Abdirrahman Ibn Auf pernah berkata kepada salah satu sahabat dari Anshar, Sa'ad bin Rabi'. Ia mengatakan, "Saya punya dua istri. Pilihlah salah satu dari keduanya yang paling kamu cintai, akan saya talak lalu kamu nikahi setelah iddahnya habis."

    Itulah salah satu gambaran bagaimana hangatnya sambutan kaum Anshar kepada kaum Muhajirin pada masa itu, sampai-sampai seseorang rela melepas istrinya untuk orang lain.

    Abdurrahman Ibn Auf menjawab, "Semoga allah memberkahi keluargamu dan hartamu." Jawaban itu juga menjadi respon yang selayaknya disampaikan ketika kita didahulukan orang lain atas dirinya, meskipun ia memiliki keperluan atas keperluannnya itu.

    Di lain kisah, ada seorang sahabat datang menghadap Rasul dan berkata bahwa ia belum makan sejak kemarin. Kemudian Rasul memegang perutnya, dan ternyata Rasul meletakan kerikil di perutnya dan bilang bahwa ia belum makan bahkan sejak tiga hari lalu. Lalu Rasul bertanya, “Siapa yang sanggup untuk menyambut sahabat yang lapar tersebut dan memberinya makan?" Lalu muncullah sahabat yang lain yang menyanggupi untuk menyambut, memberi makan, dan menawarkan rumahnya untuk diinapi. Sahabat yang menolong itu pun menyuruh istrinya untuk menyiapkan makanan yang dimiliki, padahal sesungguhnya, di rumah itu tidak ada makanan kecuali hanya untuk anak-anak kecil saja.

    Kaum Muhajirin dan Anshor punya sifat saling menyayangi, dan punya hubungan baik dengan Rasul.

  • Aisyah ra. pernah meriwayatkan bahwa Rasul salat malam sampai kedua kakinya membengkak. Aisyah bertanya, "Bagaimana engkau melakukan itu, sementara Allah sudah mengampuni dosamu yang sebelumnya dan yang akan datang?" Maka Rasul menjawab, "Begitulah bentuk saya sebagai hamba yang senantiasa bersyukur."

  • Rasul mengajarkan para sahabat untuk ber-taqarrub kepada Allah, dengan menjadi orang yang bertakwa supaya kelak ditempatkan di surga.

  • Di antara ciri-ciri orang beriman, di waktu subuh ia akan meminta ampun kepada Allah Swt., dan menyalurkan sebagian hartanya atas kesadaran bahwa dalam harta mereka ada hak bagi yang miskin dan yang membutuhkan. Rasul mengingatkan kita untuk instrospeksi atas usia kita. Umur itu ibaratnya ada di antara dua sayap, sayap siang dan sayap malam. Jika hilang satu sayap, maka tinggal tersisa sebagaian. Agar sayap itu tidak hilang, Rasul menyambungkan kedua sayap tersebut dengan ibadah.

  • Pemberian dan anugerah tidak diberikan kecuali jika kita dalam kondisi bersujud. Kenapa berupa sujud? Karena ketika sujud, manusia sedang merendahkan kepalanya di atas bumi, padahal di dalam kepalanya ada akalnya, matanya, hidupnya, semua yang biasanya ada di atas, di saat sujud itu terletakkan di bawah.

  • Allah menyifati para sahabat Rasul dengan sebutan "Radhiya Allhu 'an Hum". Artinya, semoga Allah meridai mereka. Mereka pun rida atas Allah sebagai Tuhannya.

  • Ada salah satu kutipan yang bilang, siapa yang datang di waktu pagi dan merasa aman di rumah, merasa sehat badan, dan merasa punya makanan untuk dimakan hari ini, maka ia seperti sedang diberi nikmat lebih dari nikmat dunia dan seisinya.

  • Wahai orang yang ingin merayakan kehadiran Rasul, hendaknya mengingat wasiat-wasiat Rasulullah. Takhollaquu bi akhlaaqi Rasulillah, (Berakhlaklah dengan akhlaknya Rasulullah), karena sesungguhnya akhlak Rasul adalah akhlak yang mulia. 

  • Kita perlu memiliki rasa saling menasehati, menyayangi, dan persaudaraan. Rasa ini perlu ada agar kita terus belajar dan tidak bosan menambah ilmu. Bukan hanya belajar satu ilmu, tapi belajar semua ilmu. Karena orang pasti mati, tapi yang punya ilmu akan tetap hidup.

Komentar