Kelakar Tinggal di Amerika tapi Gak Mahir Berbahasa Inggris

Meski hidup berpuluh-puluh tahun di Amerika, ternyata banyak pendatang yang gak mahir berbahasa Inggris. Semangat untuk sukses di perantauan memang besar di kalangan perantau, tapi semangat untuk belajar adalah hal yang lain. Ada kalanya saya heran ketika ngobrol dengan bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah puluhan tahun tinggal di Amerika, tapi kok bahasa Inggrisnya biasa saja. Padahal eksposur terhadap bahasa Inggris sangatlah tinggi. Dari sesederhana disapa orang di jalan, slogan dan petunjuk arah di tempat umum, sampai hal-hal yang kompleks seperti ketersediaan buku, media, tontonan, sampai komunitas-komunitas akademik, semuanya serba bahasa Inggris dan sangat mungkin untuk bisa diakses. Tapi kalau dipikir-pikir, orang Indo yang tinggal di Indo berpuluh-puluh tahun pun tidak ada garansi mereka bisa mahir berbahasa Indonesia. Entah bahasa lisannya atau tulisannya, gak jarang kita temui orang-orang Indonesia yang belibet dan sulit dimengerti ketika berkomunikasi dengan bahasanya sendir

Refleksi Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)

Modul 2.2 yang sudah dipelajari akhir-akhir ini mempunyai kesan mendalam bagi saya pribadi, utamanya soal bagaimana sisi sosial dan emosional dihadirkan dalam proses pembelajaran.

Facts (Peristiwa)

Setidaknya ada tiga hal yang saya garis bawahi dari modul ini, antara lain:

  1. Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), mencakup kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, atau semua itu disebut juga dengan istilah Lima Kompetensi Sosial Emosional.
  2. Kesadaran penuh dalam proses belajaran (Mindfulness), yaitu perhatian yang dilakukan secara sengaja dan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Manfaat dari kesadaran penuh ini antara lain dapat membuat kita tidak cepat menjatuhkan vonis dan tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan.
  3. Elemen SAFE (Sequential [Berurutan], Active [Aktif], Focused [Fokus], dan Explicite [Eksplisit]), merupakan serangkaian elemen yang dapat terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan siswa, membuat pembelajaran aktif yang melibatkan murid dalam rangka meningkatkan skill dan sikap baru, fokus pada pengembangan keterampilan sosial emosional, dan dapat tertuju pada pengembangan keterampilan sosial emosional tertentu secara eksplisit.

Feeling (Perasaan)

Saya tetap merasa antusias dalam mengikuti proses ke proses di Modul 2.2 ini. Karena materi ini merupakan salah satu jawaban agar kita bisa mempertimbangkan materi ajar kepada siswa dengan melibatkan aspek sosial dan emosionalnya.

Finding (Pembelajaran)

Ada dua hal penting yang saya pelajari dari modul ini, yaitu tentang pentingnya mengembangkan potensi anak tidak hanya dari sisi kognitifnya saja. Siswa juga perlu dikembangkan aspek sosial dan emosionalnya juga supaya punya sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, dapat beradaptasi dengan baik di lingkungannya, memiliki tujuan dan arah hidup, serta mampu mengeksplorasi kemampuan dirinya ke tingkat yang lebih luas.

Hal kedua yang saya temukan adalah bahwa implementasi PSE secara spesifik mengintegrasikan KSE ke dalam praktik pembelajaran di ruang kelas antara guru dan muridnya. PSE mampu mempengaruhi pola pikir siswa tentang persepsi diri, orang lain, dan lingkungannya.

Future (Penerapan)

PSE memberi tahu tentang peluang untuk kita menerapkan teknik STOP di ruang kelas, yaitu Stop (berhenti), Take a deep breath (tarik napas dalam-dalam), Observe (amati), dan Process (lanjutkan). Teknik STOP ini bisa digunakan untuk meringankan beban pikiran para siswa sehingga siswa bisa lebih santai, mengelola dirinya, menata kembali pikiran positif, dan siap untuk melanjutkan aktivitas. 

Komentar