Ke Amerika, mau jadi yang seperti apa? (Review Novel Impian Amerika by Kuntowijoyo)

Dulu pernah dengar dari senior kampus, bahwa di Mesir ada pepatah bagi para pendatang, "Mitsluka Kitiir!" (yang sepertimu sudah banyak!). Yang datang ke Mesir dengan tujuan belajar, sudah banyak. Yang datang dengan cita-cita jadi ulama, sudah banyak. Yang datang dengan tujuan menjemput rizki, sudah banyak. Yang inginnya cari jodoh, juga sudah banyak. Maka, kamu mau jadi yang seperti apa? Apa yang membuatmu menjadi pendatang yang tidak sama dengan pendatang lainnya? Pepatah itu kembali teringat ketika saya membaca novel "Impian Amerika" karya Kuntowijoyo. Novel itu berisi 30 cerita yang berdiri sendiri-sendiri, soal 30 orang berbeda dengan mimpinya masing-masing di New York City. Novel ini punya representasi yang menarik soal orang-orang Indonesia yang berhijrah ke Amerika, mengingatkan saya bahwa pepatah "Mitsluka Kitiir!" itu memang benar adanya. Apalagi dengan populasi orang Indonesia yang estimasinya puluhan ribu orang di Amerika, tentu ada banyak orang

Refleksi Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE)

Modul 2.2 yang sudah dipelajari akhir-akhir ini mempunyai kesan mendalam bagi saya pribadi, utamanya soal bagaimana sisi sosial dan emosional dihadirkan dalam proses pembelajaran.

Facts (Peristiwa)

Setidaknya ada tiga hal yang saya garis bawahi dari modul ini, antara lain:

  1. Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional (PSE), mencakup kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan membangun relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, atau semua itu disebut juga dengan istilah Lima Kompetensi Sosial Emosional.
  2. Kesadaran penuh dalam proses belajaran (Mindfulness), yaitu perhatian yang dilakukan secara sengaja dan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Manfaat dari kesadaran penuh ini antara lain dapat membuat kita tidak cepat menjatuhkan vonis dan tidak terburu-buru dalam mengambil kesimpulan.
  3. Elemen SAFE (Sequential [Berurutan], Active [Aktif], Focused [Fokus], dan Explicite [Eksplisit]), merupakan serangkaian elemen yang dapat terhubung dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan siswa, membuat pembelajaran aktif yang melibatkan murid dalam rangka meningkatkan skill dan sikap baru, fokus pada pengembangan keterampilan sosial emosional, dan dapat tertuju pada pengembangan keterampilan sosial emosional tertentu secara eksplisit.

Feeling (Perasaan)

Saya tetap merasa antusias dalam mengikuti proses ke proses di Modul 2.2 ini. Karena materi ini merupakan salah satu jawaban agar kita bisa mempertimbangkan materi ajar kepada siswa dengan melibatkan aspek sosial dan emosionalnya.

Finding (Pembelajaran)

Ada dua hal penting yang saya pelajari dari modul ini, yaitu tentang pentingnya mengembangkan potensi anak tidak hanya dari sisi kognitifnya saja. Siswa juga perlu dikembangkan aspek sosial dan emosionalnya juga supaya punya sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, dapat beradaptasi dengan baik di lingkungannya, memiliki tujuan dan arah hidup, serta mampu mengeksplorasi kemampuan dirinya ke tingkat yang lebih luas.

Hal kedua yang saya temukan adalah bahwa implementasi PSE secara spesifik mengintegrasikan KSE ke dalam praktik pembelajaran di ruang kelas antara guru dan muridnya. PSE mampu mempengaruhi pola pikir siswa tentang persepsi diri, orang lain, dan lingkungannya.

Future (Penerapan)

PSE memberi tahu tentang peluang untuk kita menerapkan teknik STOP di ruang kelas, yaitu Stop (berhenti), Take a deep breath (tarik napas dalam-dalam), Observe (amati), dan Process (lanjutkan). Teknik STOP ini bisa digunakan untuk meringankan beban pikiran para siswa sehingga siswa bisa lebih santai, mengelola dirinya, menata kembali pikiran positif, dan siap untuk melanjutkan aktivitas. 

Komentar