Khutbah Jumat - Empat Hal untuk Menggapai Kesempurnaan Puasa

Khutbah I Kesempurnaan Puasa شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْققَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Hadirin rahimakumullah Puasa adalah salah satu upaya kita untuk menggapai ketakwaan. Setelah segala upaya kita dalam menjalankan puasa, mulai dari bangun sahur, menahan lapar dan dahaga, menahan nafsu, serta mengisi puasa ini dengan berbagai kerja-kerja kebaikan, kita sangat berharap bahwa puasa kita bisa berjalan dengan sempurna. Sempurna dalam waktunya: waktu imsaknya, waktu iftarnya, hari mulainya, juga hari lebarannya. Pun sempurna dalam pelaksanaannya.  Dalam kesempatan yang baik ini, khatib ingin bicara tentang kesempurnaan puasa dari segi pelaksanaanya. Ba

Refleksi Modul 1.4 Budaya Positif


Modul 1.4 mengenai Budaya positif yang harus diterapkan di lingkungan sekolah. Berawal dari gurunya sendiri yang punya energi positif untuk membangun budaya positif, modul ini punya semangat yang bagus untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk siswa dan warga sekolah secara umum.

Modul 1.4 merupakan modul yang berisi tentang bagaimana membangun budaya positif di sekolah. Sekolah dituntut untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman agar para siswa bisa melakukan aktivitas belajar, berpikir, bertindak, mencipta, dan berkreativitas secara optimal secara mandiri, merdeka, dan bertanggung jawab. 

Salah satu hal yang menjadi fokus sorotan dalam modul ini adalah soal relasi kontrol guru terhadap murid dalam rangka menegakkan kedisiplinan. Dr. William Glasser dalam karyanya Control Theory mengatakan bahwa guru punya ilusi mampu mengontrol murid, seolah-olah semua penguatan positif yang diberikan akan berpengaruh secara efektif dan bermanfaat. Penguatan positif atau bujukan dalam rangka mengontrol merupakan ilusi relasi kuasa bagi orang dewasa yang merasa bisa memaksa orang yang lebih muda darinya untuk melakukan sesuatu.

Pada Modul 1.4 ini, para CGP juga belajar tentang Kebutuhan Dasar Manusia untuk bisa bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan (power). Ketika seorang siswa melakukan suatu hal yang dinilai bertentangan dengan aturan atau nilai tertentu yang berlaku, bisa dibilang bahwa siswa tersebut tengah gagal memenuhi kebutuhan dasarnya.

Seandainya ia tidak bisa mendapatkan kebutuhan dasarnya dengan cara positif, maka ia akan berusaha mendapatkan pemenuhan itu dengan cara negatif. Misalnya dengan cara mengatur siswa lain dalam keseharian (bermain bola, bermain kelompok, dll.), atau bahkan menyakiti siswa lain baik secara verbal maupun fisik. 

Dr. William melalui teori yangs ama juga mengutarakan konsep lima posisi kontrol sebagai seorang guru. Kelima posisi kontrol itu adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau), dan Manajer. Seorang guru di sekolah ada pada posisi seorang Monitor dan Manajer.

Materi lainnya yang terdapat dalam Modul 1.4 adalah tentang Segitiga Restitusi. Restitusi adalah usaha untuk menebus kesalahan, akan tetapi sebaiknya merupakan inisiatif murni dari siswa yang melakukan kesalahan.

Proses perbaikan akan terjadi secara natural jika keinginan untuk memperbaiki datang sendiri dari siswa dan ia merasa menyesal/bersalah atas kekeliruannya. Fokus dalam bagian ini tidak hanya soal mengurangi kerugian pada korban, tapi juga bagaimana menjadi orang yang lebih baik lagi ke depannya. 

Modul 1.4 sangat bermanfaat bagi para guru untuk mengetahui bagaimana seharusnya budaya positif dibangun dan dihadirkan di lingkungan sekolah. Karena melalui modul ini, kita jadi tahu bahwa budaya positif punya kontribusi yang besar dalam membentuk karakter baik bagi siswa dan warga sekolah lainnya.


Komentar