Review Novel Laut Bercerita karya Leila S. Chudori

Untuk pembaca yang belum tahu kengerian masa Orde Baru, novel ini bisa jadi intro yang baik. Laut Bercerita adalah novel fiksi sejarah yang epik dan mengharukan. Novel ini mengambil latar di Indonesia pada akhir 90-an, masa yang ditandai dengan represi politik, perlawanan, dan gejolak sosial. Ceritanya berfokus pada tokoh Biru Laut, seorang aktivis mahasiswa yang menentang rezim otoriter Soeharto, bersama kelompok teman-temannya yang terlibat dalam gerakan pro-demokrasi di Indonesia. Melalui pengalaman Laut, novel ini mengeksplorasi tema-tema pengorbanan, keluarga, ketangguhan, dan dampak traumatis dari penganiayaan politik. Di bagian awal, Chudori secara singkat sudah memberi klu tentang apa yang hendak diceritakan dalam novel ini. Tulisnya, kepada mereka yang dihilangkan dan tetap hidup selamanya . Kalimat singkat ini, buat saya pribadi, seperti sebuah aba-aba untuk bersiap-siap bahwa apa yang akan dibaca kemudian adalah kisah kengerian-kengerian yang dihadapi para tokohnya. Dan ke

Menjembatani Hari Ini dan Lima Tahun Lalu


Saya ingin mengutip kalimat yang ditulis Jati, teman saya, di salah satu cerita Instagramnya beberapa waktu lalu, bahwa barangkali jika saya ditanya apa bedanya hari ini dan lima tahun lalu, perubahannya mungkin tidak besar. Hari ini dan lima tahun lalu tidak ada bedanya jika diukur dari apakah sudah punya rumah atau belum, punya mobil atau belum, punya tabungan yang signifikan atau belum. Tapi barangkali, hari ini dibanding lima tahun lalu, saya yang hari ini sudah lebih terbiasa mendengar cerita orang-orang bepergian lintas negara, melihat orang-orang datang dan pergi ke negeri terjauh dengan private jet-nya, orang-orang membeli barang mahal sudah seperti kacang goreng, orang-orang bersekolah di tempat yang berkualitas, orang-orang membicarakan vila mereka di pulau yang berbeda, termasuk mendengarkan ulasan kepiting bakar mana yang paling enak di benua yang berbeda-beda.

Putar balik lima tahun lalu, Agustus 2019 saya sedang berada di tanah haram dan sedang senang-senangnya berdoa apa saja. Si saya yang hari ini jadi kembali mengingat-ngingat, saya di lima tahun lalu itu sedang ngapain aja dan berdoa apa saja di tanah haram. Apakah yang terjadi hari ini adalah perbedaan yang saya harapkan di lima tahun lalu? Apakah akan ada perubahan signifikan pada hari ini jika saya melakukan sesuatu di lima tahun lalu? 

Jawaban yang paling jelas untuk pertanyaan-pertanyaan itu hanyalah satu, bahwa lingkungan saya hari ini tidak lagi sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Lingkungan saya hari ini membuat saya menjadi beranggapan bahwa apa yang selama ini terdengar jauh sekali, sekarang menjadi hal yang biasa saja, bahkan rasanya sangat wajar dan sangat mungkin suatu hari saya pun akan mengalami pengalaman serupa. Saya tidak tahu apakah perubahan cara pandang ini akan membawa pengaruh signifikan bagi hidup saya ke depannya, namun saya menaruh keyakinan pada hal itu. Setidaknya, seperti kata Oprah, satu-satunya hal yang bisa kita kontrol dalam hidup kita akan pikiran kita sendiri. Dan pikiran selalu menjadi akar bagaimana suatu tindakan dilakukan, bagaimana suatu hasil bisa ditelurkan.

Beruntungnya lagi, saya bekerja di kantor yang sangat sering dikunjungi orang-orang penting di tanah air. Para menteri, kepala daerah, kepala partai, juga selebriti yang sering kali mondar-mandir di layar digital, kini mondar-mandirnya di depan mata, sehingga saya bisa melihat dan mendengar lebih jelas bagaimana kehidupan mereka di depan dan di belakang layar. Pejabat mana yang betulan ramah sebagaimana digambarkan media, dan pejabat mana yang hanya tersenyum ketika kamera menyala. Begitupun dengan  selebriti yang di media punya imaji saleh dan idola, ternyata saya harus menghadapi permakluman bahwa hidup mereka tidak selalu sesuai postingannya. 

Lagi-lagi, ini menjadi jawaban atas pertanyaan apa bedanya saya hari ini dan beberapa tahun lalu. Jika dalam pepatah Arab dibilang bahwa kita adalah anak dari lingkungan tempat kita tinggal, maka pepatah itu ada benarnya. Lingkungan memberi banyak pengaruh pada bagaimana kita (baca: saya) bersikap, bertindak, mengambil keputusan, melaksanakan tugas, termasuk membuat proyeksi apakah suatu rencana  akan tercapai atau tidak.

Pertanyaannya, apa yang akan membedakan saya dari hari ini dan lima tahun ke depan?

Rabu, 23/08/2023.

Komentar