Ketika para pakar sudah tidak didengarkan lagi

Pernah gak sih kita ketemu dengan orang yang merasa lebih pintar dan merasa paling benar padahal dia bukan ahlinya? Misalnya ada pasien yang mendiagnosa dirinya sendiri dan menolak saran dokter spesialis. Atau ada orang yang baru belajar agama setahun, tapi sudah berani mendebat pendapat kiai yang mesantrennya aja belasan tahun. Atau seorang penjual suplemen diet yang berani menganulir pendapat seorang dokter gizi. Atau mungkin ada juga seorang tukang bangunan yang merasa lebih tahu soal konstruksi bangunan di hadapan seorang ahli teknik sipil? Fenomena ini menjadi satu isu menarik yang dibahas seorang penulis Amerika yang bernama Tom Nichols, dalam bukunya yang berjudul The Death of Expertise, atau Matinya Kepakaran. Secara garis besar, buku ini membahas fenomena di mana masyarakat modern semakin menolak otoritas dan keahlian, meskipun keahlian itu berbasis ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Nichols menguraikan bagaimana tren ini muncul, dampaknya terhadap masyarakat, sert...

Jangan Buat Resolusi Tahun Baru Sebelum Baca Ini!

Image from here.

Tahun baru sering kali menjadi simbol harapan dan perubahan. Setiap kali kalender berganti, kita cenderung melihatnya sebagai lembaran baru untuk memperbaiki diri. Namun, bagaimana jika resolusi tahun baru kita tidak hanya berorientasi pada diri sendiri, tetapi juga selaras dengan tujuan hidup yang lebih besar?

Banyak dari kita mungkin sedang merencanakan atau bahkan sudah menetapkan resolusi untuk tahun mendatang. Dalam menyusun resolusi, ada satu cara pandang yang menarik untuk dijadikan referensi, yaitu memahami peran manusia sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana disebutkan dalam surah Al-Baqarah ayat 30. Ayat ini mengandung pesan mendalam tentang alasan manusia diciptakan dan bagaimana mereka seharusnya menjalani kehidupan.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 30, Allah berfirman:

“Ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Tuhan berkata: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” (QS. Al-Baqarah: 30)

Istilah khalifah dalam konteks ini dapat dipahami sebagai pemimpin, delegasi, atau utusan yang diberi tanggung jawab. Pesan ini menegaskan bahwa setiap manusia memiliki peran dan tujuan spesifik di dunia. Pemahaman ini memberikan makna bahwa kehadiran kita bukanlah kebetulan; ada misi yang harus kita emban sesuai dengan kemampuan dan potensi masing-masing.

Menurut Tafsir Tahlili, istilah khalifah juga digunakan dalam surat Shad ayat 26, di mana Nabi Daud disebut sebagai khalifah di bumi, merujuk pada perannya sebagai nabi sekaligus pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa konsep khalifah mencakup tanggung jawab spiritual dan sosial.

Dari sini, muncul pertanyaan reflektif: Apa misi hidup kita sebagai individu? Bagaimana kita dapat berperan sebagai khalifah di lingkungan tempat kita berada? Resolusi yang kita buat tidak hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana kita memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar.

Resolusi seperti ingin lebih sering bepergian, menambah penghasilan, atau memiliki tubuh lebih sehat tentu sah-sah saja. Namun, bagaimana jika kita menambahkan dimensi yang lebih besar? Misalnya, resolusi untuk hidup sehat bukan sekadar demi penampilan, tetapi agar kita lebih siap membantu orang lain. Atau resolusi untuk meningkatkan penghasilan bukan hanya demi kemewahan pribadi, tetapi agar kita dapat lebih banyak berbagi.

Dalam bukunya Find Your Why, Simon Sinek menjelaskan pentingnya menemukan alasan mendasar (why) dalam setiap tindakan kita. Menurut Sinek, tujuan yang jelas akan memberikan arah dan motivasi yang lebih kuat.

Sebagai pengingat, hadis Nabi Muhammad saw. menyebutkan: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Thabrani). Jika surah Al-Baqarah ayat 30 mengingatkan kita tentang alasan penciptaan manusia, maka hadis ini memberikan arahan praktis untuk menjalani hidup yang bermanfaat.

Mari jadikan tahun baru ini sebagai momentum untuk tidak hanya memperbaiki diri, tetapi juga memberi dampak positif bagi sekitar. Setiap langkah kecil yang kita ambil dengan niat yang tulus adalah wujud nyata dari misi kita sebagai khalifah. Akhirnya, hidup kita bukan hanya tentang keberadaan, tetapi tentang makna yang kita ciptakan untuk dunia di sekitar kita.

Komentar