Khutbah Jumat - Memaknai Sifat Adil dalam Kehidupan Sehari-hari

Khutbah Pertama وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا. وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا   Hadirin jamaah jumat rahimakumullah. Ada satu sifat yang sering kita dengar, dan mungkin sering juga kita ucapkan dalam doa dan rutinitas ibadah kita, yaitu kata “adil”. Sifat adil adalah sifat fundamental yang dalam banyak konteks punya peran penting, bahkan punya kekuatan hukum. Dalam fikih pernikahan misalnya, para ulama khususnya mazhab Syafi’i mensyaratkan bahwa saksi akad nikah harus merupakan seseorang yang adil. Di sana dibahas bahwa kriteria saksi yang adil itu adalah seorang Muslim yang baligh, berakal, dan terjaga kehormatannya dari sifat fasik. Karena itu, saksi yang disebut “adil” dalam fikih nikah bukan hanya orang yang hadir melihat akad, tetapi orang yang terjaga perilakunya dan dapat dipercaya ucapan dan kesaksiannya karena inte...

Puisi Kuntum Mekar 2011

 Menikahi Ramadan

doaku telah mengkhitbahmu

merindumu dalam sujud para syuhada

mencintamu dalam dzikir para ambiya


ku persunting namamu

di atas tanah lailatul qodar

di atas sayap-sayap penuh harapan


denganmu, aku ingin membawa restu

menyerahkannya pada ridwan

meminta surga untuk sebuah bulan madu

pada tubuhmu, aku berpesta

: sebotol doa, sepiring dzikir, 

  sesuap tadarus, segelas qiyamullail

lalu aku  tumpah, lebam

dalam pangkuan nuzulul quran

aku tak ingin mentalaqmu

mencintamu adalah keabadian


2011


Kisahku pada sepenggal malam

Pada sepenggal Ramadan, jibril mengantarku pada ruh Muhammad, pada jejak-jejak sabda yang tak kau ketahui.

Sebagai bocah, aku turun menatap lekat telinga Muhammad, menggentayangi malamnya, pun malam-malam yang kau patuh dengan sujud air matamu.

Dalam dapur otakmu, aku memasak rindu, menanak kata-kata yang kau lantunkan dalam solatmu, dalam witirmu, dalam segala tarawih yang kau susun bersama sang qunut. 

Pada sepenggal malammu, ku titipkan namaku yang akan membuatmu menunduk, merenung, bahkan menumpahkan laut di ujung matamu.

Padamu, aku singgah, merebah, bahkan membumi dalam dzikir-dzikir yang dititipkan Muhammad padamu.

Ketahuilah, wujudku bukan nabi, wujudku bukan rasul, aku hanya amanat yang akan menjadi kunang-kunang dalam pagimu, cahaya bagi siangmu, dan matahari bagi malam-malammu, mimpi kekalmu. Malam telah nyenyak, namun aku tak lekas sepertimu. Nyenyakku ketika tubuh ini terjaga oleh segala tasbih dan lantunan yang menggerayangi tubuhku. Akulah kekasihmu, wahai mursaliin, tabiin, ‘amiliin, mushonnifiin, sholihiin, mu’miniin, muslimiin. Akulah pendamping setiamu. Sampai tanah menutup senjamu.

2011   


Metafora Nuzulul Qur’an

alam cerah

menyaksikan suhuf berarak

embun mentahsin hidup

basah pada tubuh ayat-ayat purnama

hikmah turun menderas

menjelma kata dalam lisan huffadz

maka, mengalirlah makna

menjadi dalil dalam takrir para sholihin


alam cerah

menyaksikan suhuf berarak

bertadarus menyusun pahala

mencipta kitab, mengarah petunjuk

mengutuh bumi dengan ziyadah rahmat


alam cerah

menyaksikan suhuf berarak

fashih mentafsir kemarin

mengurai hari

menjelma usia di segala dewasa

alam cerah

menyaksikan suhuf berarak

mentajwid langkah

mengepak sayap-sayap teladan

menjadi waqof pada tubuh-tubuh bahasa

maka, khatamlah segala hitam, segala kegelapan, segala rencana berduri

maka, berjalanlah pada setiap juz yang dijilid-Nya

2011

Maulana Abdul Aziz, lahir di Purwakarta, 09 September 1994. Masih duduk di kelas XII Program Bahasa di SMA Al-Muhajirin. Aktif mengurus Ekstrakurikuler Sastra. Selain sekolah, penulis juga mondok di pesantren yang masih satu Yayasan dengan sekolahnya.

Komentar