Seperti Ibnu Batutah, Saya Kembali ke Kairo

Ketika saya masih sekolah di Kairo, ada satu indikator yang secara tidak tertulis menjadi penanda bahwa seorang mahasiswa Indonesia termasuk “anak orang berada”: orang tuanya bisa hadir di acara wisuda. Dalam konteks ribuan kilometer jarak dari Indonesia ke Mesir, dan ongkos perjalanan yang tidak murah, kehadiran orang tua dalam seremoni akademik itu bukan hanya bentuk kasih sayang, tapi juga simbol kekuatan finansial. Di antara banyaknya mahasiswa yang bahkan belum tentu pernah bertemu langsung dengan orang tuanya sejak pertama kali menjejakkan kaki di negeri para nabi ini, mereka yang bisa memeluk keluarganya saat kelulusan adalah pemandangan langka sekaligus mewah. Indikator lainnya juga mudah dikenali: punya kamar sendiri di rumah kontrakan, atau bahkan menyewa satu rumah untuk ditempati sendirian. Ini terdengar sepele, namun di tengah-tengah mahasiswa Indonesia di Mesir yang mayoritas hidup menghemat, tinggal sendirian di sebuah rumah tanpa patungan adalah sebuah kemewahan yang ti...

Ritme Sunyi

aku hanya rindu, tak lebih.


setiap malam, gelap jatuh di pelupuk waktu
perjalanan musim tak hentinya memutar harapan, doa, dan kenyataan
segala cerita berpusara pada satu puisi
pencumbu bulan beberapa malam terakhir

di sudut kota antah nama
istriku memasak satu lusin kata
disuguhkannya pada satu hutan filsafat
ada namamu di sana melekat

salat menjelma penulis jejak
kehidupan pun harus kita putar serumit mungkin
karena satu roman telah menunggu kita menjadi tokohnya

kerinduan hanyalah kesabaran
karena kotaku bukan akhir dari segala dunia



Komentar