Khutbah Jumat - Meneladani Akhlak Rasulullah saw.

Khutbah I قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ  Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah Ketika Rasulullah saw. terlahir di dunia, seorang budak perempuan bernama Tsuwaibah milik paman nabi, Abu Lahab, segera pulang ke rumah majikannya dan mengabarkan kelahiran Rasulullah saw. Tsuwaibah menyampaikan kabar bahwa seorang anak laki-laki telah lahir dari keluarga Abdullah, yang mana Abdullah adalah saudaranya Abu Lahab, dan anak itu diberi nama Muhammad. Di momen itu, Abu Lahab yang notabene hidup dan mati sebagai seorang kafir, sangat senang dan bergembira dengan kelahiran itu. Saking gembiranya, ia sampai membebaskan dan memerdekakan Tsuwaibah sehingga tidak jadi budak lagi. Padahal dia seorang kafir, bahkan bukan sekadar kafir, tapi sampai diabadikan Al-Qur’an dalam surat Al-Lahab, تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ “Celakalah/binasalah kedua tangan Abu Lahab dengan sebenar-benarnya binasa!”  Ta

Kekuatan Kata-Kata



Setelah selesai mengantar Sa'i seorang nenek-nenek sewaktu di Masjidil Haram, nenek itu bilang dengan sangat pelan dan terbata-bata, "te-ri-ma ka-sih naaaak". Kalimat pendek itu terdengar cukup jelas di telinga saya, bahkan menempel kuat dan menjadi salah satu hal terbaik yang pernah diucapkan seseorang kepada saya. Kata-kata itu membuat saya begitu bahagia sekaligus haru, melebihi kalimat apapun yang sejauh ini pernah terdengar.

Di lain waktu ketika saya menelpon seseorang yang begitu sangat saya cintai, saya baru bilang "halo" lalu langsung dibalas dengan kalimat, "ada kepentingan apa menelepon?". Saat itu saya merasa sangat patah hati, mengapa harus ada kepentingan dulu untuk sekadar mengungkapkan rasa kangen  mendengar suaranya untuk berbasa-basi. Dan itulah kalimat yang paling menyakitkan yang pernah saya dengar. 

Pernah juga di tengah malam ketika sedang makan kusyari di Downtown, seseorang yang saya kira punya perasaan yang sama dengan saya, mengatakan "let keep it as friend." Malam itu saya kecewa pada diri sendiri, sebab saya telah salah menerjemahkan banyak hal, juga terlalu melibatkan perasaan pada hal-hal yang tidak seperlunya dilakukan berlebihan.

Saya ingin mencatat tiga hal itu setelah menonton beberapa video di kanal Thoraya Maronesy. 

11 Januari 2019

Komentar