Sekelumit Cerita Membesarkan Anak di Amerika

Katanya, membesarkan anak di Amerika itu harus punya mental seperti membesarkan seekor burung: kalau anaknya sudah besar, orang tua harus rela melepasnya untuk terbang jauh. Sebab anak-anak yang dianggap sudah dewasa dan punya pekerjaan sendiri, mereka tidak akan lagi tinggal di rumah orang tuanya. Mereka akan menjadi 'manusia' sendiri dengan dunianya sendiri, cita-citanya sendiri, tujuan hidupnya sendiri, agamanya sendiri, prinsip-prinsip sendiri, bahkan bisa jadi, orang tua adalah "orang lain" yang dalam banyak aspek tidak bisa sembarangan berinteraksi, berintervensi, atau mengambil keputusan apapun soal hidup anaknya yang sudah dewasa. Saya berulang kali mendengar cerita itu ketika duduk makan dengan Pak Wakidi, pemilik rumah yang rumahnya saya sewa dan tinggali di Amerika. Anak pertamanya sudah tinggal dan bekerja sendiri di kota yang butuh 6 jam perjalanan pesawat dari DC. Jika Pak Wakidi ingin bertemu dengan anaknya, ia harus menghubunginya dulu, membuat janji d

Kekuatan Kata-Kata



Setelah selesai mengantar Sa'i seorang nenek-nenek sewaktu di Masjidil Haram, nenek itu bilang dengan sangat pelan dan terbata-bata, "te-ri-ma ka-sih naaaak". Kalimat pendek itu terdengar cukup jelas di telinga saya, bahkan menempel kuat dan menjadi salah satu hal terbaik yang pernah diucapkan seseorang kepada saya. Kata-kata itu membuat saya begitu bahagia sekaligus haru, melebihi kalimat apapun yang sejauh ini pernah terdengar.

Di lain waktu ketika saya menelpon seseorang yang begitu sangat saya cintai, saya baru bilang "halo" lalu langsung dibalas dengan kalimat, "ada kepentingan apa menelepon?". Saat itu saya merasa sangat patah hati, mengapa harus ada kepentingan dulu untuk sekadar mengungkapkan rasa kangen  mendengar suaranya untuk berbasa-basi. Dan itulah kalimat yang paling menyakitkan yang pernah saya dengar. 

Pernah juga di tengah malam ketika sedang makan kusyari di Downtown, seseorang yang saya kira punya perasaan yang sama dengan saya, mengatakan "let keep it as friend." Malam itu saya kecewa pada diri sendiri, sebab saya telah salah menerjemahkan banyak hal, juga terlalu melibatkan perasaan pada hal-hal yang tidak seperlunya dilakukan berlebihan.

Saya ingin mencatat tiga hal itu setelah menonton beberapa video di kanal Thoraya Maronesy. 

11 Januari 2019

Komentar