Meja Makan Bu Febri

Ketika pertama kali bertemu Bu Febri di kantin basement kantor, Maret 2023 lalu, saya mendapati kesan bahwa ia adalah sosok yang judes, galak, dan dingin. Waktu itu Pak Ario memperkenalkan saya sebagai staf baru, dan responnya nampak biasa saja. Tidak nampak antusias, tidak nampak menyambut, biasa saja. Saat itu ia sedang menikmati menu takjil, kebetulan kami berkenalan di saat acara buka puasa bersama. Tentu saja kudapan takjil lebih menggoda dibanding berkenalan dengan staf baru ini. Setelah basa-basi pendek soal nama panggilan saya, pertanyaan pertamanya menggelegar cepat: “Lu bisa ngedit video, gak? Kalo bisa, nanti bisa bantuin Arya di Pensosbud.” Saya gak tahu jawaban apa yang ia harapkan dengan pertanyaan “bisa ngedit video”, dan saya tidak tahu siapa manusia bernama “Arya” tersebut. Apakah yang dimaksud adalah sebatas cut & trim video , atau editing sebagaimana jika ia melihat konten video Bu Retno Marsudi yang saat itu masih Menteri Luar Negeri. Waktu itu saya belum menjaw...

Kekuatan Kata-Kata



Setelah selesai mengantar Sa'i seorang nenek-nenek sewaktu di Masjidil Haram, nenek itu bilang dengan sangat pelan dan terbata-bata, "te-ri-ma ka-sih naaaak". Kalimat pendek itu terdengar cukup jelas di telinga saya, bahkan menempel kuat dan menjadi salah satu hal terbaik yang pernah diucapkan seseorang kepada saya. Kata-kata itu membuat saya begitu bahagia sekaligus haru, melebihi kalimat apapun yang sejauh ini pernah terdengar.

Di lain waktu ketika saya menelpon seseorang yang begitu sangat saya cintai, saya baru bilang "halo" lalu langsung dibalas dengan kalimat, "ada kepentingan apa menelepon?". Saat itu saya merasa sangat patah hati, mengapa harus ada kepentingan dulu untuk sekadar mengungkapkan rasa kangen  mendengar suaranya untuk berbasa-basi. Dan itulah kalimat yang paling menyakitkan yang pernah saya dengar. 

Pernah juga di tengah malam ketika sedang makan kusyari di Downtown, seseorang yang saya kira punya perasaan yang sama dengan saya, mengatakan "let keep it as friend." Malam itu saya kecewa pada diri sendiri, sebab saya telah salah menerjemahkan banyak hal, juga terlalu melibatkan perasaan pada hal-hal yang tidak seperlunya dilakukan berlebihan.

Saya ingin mencatat tiga hal itu setelah menonton beberapa video di kanal Thoraya Maronesy. 

11 Januari 2019

Komentar