Khutbah Jumat - Empat Hal untuk Menggapai Kesempurnaan Puasa

Khutbah I Kesempurnaan Puasa شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْققَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Hadirin rahimakumullah Puasa adalah salah satu upaya kita untuk menggapai ketakwaan. Setelah segala upaya kita dalam menjalankan puasa, mulai dari bangun sahur, menahan lapar dan dahaga, menahan nafsu, serta mengisi puasa ini dengan berbagai kerja-kerja kebaikan, kita sangat berharap bahwa puasa kita bisa berjalan dengan sempurna. Sempurna dalam waktunya: waktu imsaknya, waktu iftarnya, hari mulainya, juga hari lebarannya. Pun sempurna dalam pelaksanaannya.  Dalam kesempatan yang baik ini, khatib ingin bicara tentang kesempurnaan puasa dari segi pelaksanaanya. Ba

Betapa ribetnya orang Amerika soal makanan


Salah satu yang baru saya sadari tentang orang-orang Amerika adalah bahwa mereka, ternyata, punya tubuh yang ringkih sekali. Ringkih dalam artian sangat rentan terhadap hal-hal yang bagi orang Indonesia biasa saja. Dalam perkara makanan, banyak orang Amerika yang alergi terhadap kacang, susu, gluten, telur, wijen, gandum, juga alergi polen bunga dan hal lainnya. Padahal di Indonesia, kita pada umumnya cuma alergi pada satu hal: daging babi dan alkohol. Itu pun kayanya bukan alergi karena kandungannya, tapi lebih karena alasan agama. Selain babi, alkohol, dan segala turunannya, sikat! 

Orang Indonesia gak akrab dengan istilah alergi. Kayanya hanya orang kaya yang punya istilah alergi di tubuhnya. Sesuai teori, makin nanjak kekayaan seseorang, imunitas tubuhnya makin turun. Mana ada orang kampung makan sate madura tanpa bumbu kacang karena alasan alergi? Yang ada malahan beli sate madura, satenya dikit tapi bumbu kacangnya minta banyak.

Bagi orang biasa-biasa kaya kita (atau lebih tepatnya kaya saya~), apapun bisa kita makan selama itu enak, halal, apalagi gratis. Makanya saya amat sangat heran ketika dalam suatu acara, orang Amerika pengen makan gado-gado tapi tanpa bumbu kacang. Ini kan bisa masuk kategori penistaan. Gado-gado tanpa bumbu kacang ya bukan gado-gado namanya, tapi salad rebus. Atau di lain acara, orang Amerika bertanya apakah rice cake di menu acara itu mengandung gluten? (Rice cake adalah nama keren dari Lontong). Demi Tuhan, saya gak tahu apa itu gluten! Saya cuma tahu pokoknya lontong itu dari beras dan rasanya enak kalau dipadukan dengan opor ayam.

Setiap kali ada acara di kedutaan dan ada sajian makannya, kita harus membuat tag nama-nama makanan Indonesia beserta deskripsinya. Tidak sampai di sana, kita juga harus mencantumkan kandungan alergen yang ada di makanan tersebut. Apakah mengandung telur, apakah mengandung kacang, apakah friendly vegan dan vegetarian. Untuk sesaat, kondisi ini sulit dicerna akal kampungku. Kenapa hidup dibuat sangat ribet meski hanya untuk perkara makan? Untuk muslim yang tinggal di Amerika, perkara makanan memang agak ribet karena harus pilih-pilih. Pasalnya, ada babi di mana-mana, dan ada daging-daging yang waktu disembelih kemungkinan sangat besar gak pake bismillah. Tapi kehadiran babi-babi ini cukup membuat kita jelas bahwa pantangan makan kita sebatas "bisa makan apapun asal bukan babi". Tapi ternyata, di Amerika ini ada yang lebih ribet dari kita yang anti-babi. Ada yang tiap mau beli makanan, ia harus baca dulu tabel kandungan gizinya, baca dulu komposisinya, nanya dulu alergennya, dan lain sebagainya. Sekalipun makanannya sudah bebas alergen, di pasar tumpah yang ada setiap hari minggu pagi di area Embassy Row, ada pedagang yang menjelaskan bahwa sayuran yang ia jual merupakan produk yang organik, tanpa pestisida, dan 100% mendukung sustainabilty. Karena ternyata, orang Amerika sekarang punya alergi jenis baru yang tidak lagi soal kandungan makanannya, tapi juga soal bagaimana makanan itu diproduksi. Apakah sayuran itu diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan atau tidak, apakah proses produksinya melibatkan pemerasan tenaga hewan atau tidak, bahkan isu lebih jauhnya, mereka juga peduli apakah karyawan yang memproduksi suatu produk dibayar secara layak atau tidak.

Dalah salah satu episode The Endgame Gita Wirjawan, saya pernah nangkap bahwa biodiversitas yang ada di dunia ini tidak hanya perlu dijaga kehadirannya, tapi juga harus dihadirkan dalam tubuh kita. Tujuannya supaya sistem imun dalam tubuh kita juga punya kekuatan biodiversitas. Makin beragam makanan yang kita konsumsi, makin akan kuat jadinya tubuh kita pada berbagai hal. 

Manusia pada awalnya pasti akan "alergi" ketika pertama kali mencoba makanan, minuman, atau zat apapun. Mungkin kita bisa ingat-ingat lagi kapan pertama kalinya lidah kita berkenalan dengan makanan pedas. Ketika itu mungkin lidah kita akan kepanasan, wajah kita akan memerah, atau mungkin juga kita menangis karena gak kuat. Tapi sekarang saat sudah sangat akrab dengan makanan pedas, makan seblak pun harus pakai cabe sebanyak mungkin dan sepedas mungkin, karena tubuh kita sudah terbiasa dengan itu. 

"Alergi" itu potensial akan selalu muncul di percobaan pertama. Tapi di percobaan kedua, ketiga, dan seterusnya, tubuh manusia akan membentuk sistem imunnya sendiri. Jika saya tidak salah teori, cara kerja vaksin pun demikian adanya. Virus yang sudah dilemahkan, dimasukkan ke dalam tubuh supaya tubuh bisa berkenalan dan membentuk sistem imun. Ketika virus yang tidak lemah tiba-tiba datang menyerang, tubuh sudah punya kontrol dan kenal bagaimana cara mengahadapinya.

Barangkali, perut orang Amerika sejak kecil tidak banyak diperkenalkan pada banyak hal oleh orang tuanya. Atau mungkin terlalu parno pada reaksi "alergi" percobaan pertama, sehingga tidak dilanjutkan dengan percobaan selanjutnya, sehingga keburu muncul sugesti "pokoknya gak mau makanan itu" di tubuhnya. 

Saya tidak punya saran apapun soal bagaimana cara menjadi manusia yang tidak alergian. Saya cuma mau bilang bahwa it's okay untuk menjalani seumur hidup tanpa pernah ngalamin makan babi. Tapi kalau harus makan gado-gado tanpa bumbu kacang, wait, WHAT??

19 Mei 2023.


Komentar